Pages

Selasa, 18 Oktober 2011

REOG PONOROGO

Reog merupakan salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat laut dan kota asal Reog yang sebenarnya yaitu Ponorogo. Reog juga merupakan salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistis dan ilmu kebatinan yang kuat. Pertunjukan reog di ponorogo di mulai pada tahun 1920.
Cerita pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan perilaku raja yang korup. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak. Dengan minimnya pasukan jadi membuat suatu pementasan Reog, itu merupakan “sindiran” kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat usic menggunakan kepopuleran Reog. Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai “Singa Barong”, raja hutan yang menjadi usic untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak (penari laki-laki) yang sekarang dinamakan jatilan (penari perempuan) menunggangi kuda-kudaan menjadi usic kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi usic untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50kg hanya dengan menggunakan giginya. Populernya Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Kertabumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan usic diantara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru dimana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewondono, Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.
Alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar usic Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok disini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan “kerasukan” saat mementaskan tariannya.
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. Mereka menganut garis keturunan Parental dan usic adat yang masih berlaku.

2. Stuktur Pertunjukan


Perangkat musik reog sederhana, Irama melodi anehnya berasal dari bunyi terompet khusus yang disebut salompret bernada pelog diiringi rampak ketipung, kendang, ketuk, kenong, gong serta angklung yang bernada slendro. Nada-nada sumbang yang dihasilkan, yang merupakan panduan antara laras slendro dan pelog, menghasilkan suasanan mistik, aneh, sekaligus mempesona. Iramanya yang dinamis dan bergelora sangat mudah mengundang penonton untuk berkumpul. Pakaian pemain reog serba hitam dengan ikat kepala yang disebut udeng. Bajunya berwarna hitam, longgar, tidak bercorak dan dipakai tanpa mengaitkan kancingnya sehingga dada pemakainya tampak jelas. Celananya yang sangat longgar juga berwarna hitam : panjangnya hanya sampai di bawah lutut. Celana ini dilengkapi ikat pinggang (koloran) berwarna putih. Dalam iring-iringan pertunjukan, reog ponorogo biasanya terbagi dalam beberapa kelompok. Kekuatan pertunjukannya terletak pada pembagian kelompok yang masing-masing memilki fungsi sendiri tetapi saling melengkapi.
Kelompok pertama adalah kelompok pengawal atau kelompok pembuka, kelompok dengan sikap garang dan angkuh yang terdiri atas 3 sampai 4 orang bercelana panjang longgar hitam dengan kaus bergaris merah hitam; Kelompok pendamping bertugas mengamankan situasi dan biasanya berada di sisi kanan kiri rombongan; Kelompok penari terdiri atas pemain barongan, pemain topeng, penari kuda kepang, serta penari dan pemain cadangan; Kelompok pemukul gamelan yang lazimnya berada di belakang para penari terdiri atas peniup terompet, pemukul gendong dan gong, pemusik angklung, pemukul, ketuk kenong, pemukul ketipung serta 2 orang pemikul dan pemukul kempul, dan kelompok penggiring yang merupakan kelompok terbesar biasanya berada paling belakang untuk ikut menari, menyanyi dan bersorak sorai menghidupkan suasana.
Ada 3 pelengkap utama yang biasanya menyertai pertunjukan reog yakni:
1. Barongan yang melambangkan harimau dan dhadhak merak yang melambangkan burung merak.
2. Topeng.
3. Kuda kepang yang melambangkan binatang piaraan tunggangan manusia.
Ketiganya melambangkan karakter yang berbeda. Barongan dan dhadhak merak, yang selalu berpasangan sangat tenang, berwibawa meskipun angkuh. Singa bermahkota merak yang merupakan pasangan harimau dan merak menjadi usic khas reog. Topeng yang selalu dikenakan bujangganong yang pandai berakrobat menimbulkan kesan lucu dengan geraknya yang lincah. Namun bila kuda kepang mulai beraksi, pertunjukan mulai menyeramkan karena music magisnya meskipun gaya kuda kepang ini cukup lunak dengan usic mempesona yang memikat penonton. Sebagai sosok satria berkuda, penunggang kuda kepangnya diperankan oleh seorang anak laki-laki beraut manis yang disebut jatilan.
Dalam reog walaupun melambangkan sifat dan lakon yang berbeda-beda, barongan dan dhadhak merak yang tingginya mencapai 3 meter dalam wujudnya adalah satu. Keduanya berwujud kepala harimau dengan mahkota ekor merak yang bobotnya mencapai 70 kg ini lazimnya dipakai di kepala pemain dengan cara digigit. Tetapi dalam permainan kucing tikus untuk mengurangi bobotnya, ekor merak yang sangat lebar ini dilepas sehingga gerakan barongan menjadi lebih lincah. Topeng menjadi tikus, sedangkan barongan adalah kucingnya.
Reog ponorogo memiliki 3 wujud topeng, yakni topeng hewan, topeng manusia dan topeng raksasa. Topeng barongan adalah topeng hewan, sedangkan topeng bujangganong, topeng berwujud raksasa dengan dahi mengganong (menjorok) adalah topeng raksasa. Warna topeng raksasa ini merah tua atau hitam, matanya melotot, rambutnya panjang ke depan, serta hidungnya besar dan panjang. Yang merupakan topeng manusia adalah topeng kelono. Topeng berambut panjang ini memerankan prabu kelono sewandono. Gerak kuda kepang sangat lincah. Jatilan, penunggang kuda kepang adalah anak laki-laki, biasanya berwajah manis dan harus belum menikah. Dalam sendratari rakyat ini terdapat hubungan erat yang aneh antara pemborong (pemain barongan) dan jatilan (pemain kuda kepang yang disebut juga gemblak). Hubungan mereka mirip hubungan laki-laki dan wanita. Pemain barongan biasanya sangat kekar, kuat dan menguasai para gemblak. Dahulu tak jarang terjadi pertarungan antara satuan reog untuk memperebutkan gemblak. Karena itu jatilan biasanya selalu mendapat perlindungan khusus. Dalam iring-iringan reog, jatilan selalu berada di barisan paling depan.









3. Tokoh-tokoh dalam seni Reog

a. Barongan (Dadak Merak)

Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik – manik (tasbih). Krakap terbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas group reyog. Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram.

b. Jatilan


Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dibawakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan ekspresi atau greget penari yang lincah, terampil dan rampak.
Jathilan ini pada mulanya ditarikan oleh laki-laki yang halus, berparas ganteng atau mirip dengan wanita yang cantik. Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980-an ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan PRJ (Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog Ponorogo lebih cenderung pada halus, lincah, genit. Hal ini didukung oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik.
c. Bujang Ganong (Ganongan)


Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak, akrobatik, dan berani sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu – tunggu oleh penonton khususnya anak – anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.




d. Warokan


“Warok” yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik.Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).
Warok merupakan karakter/ciri khas dan jiwa masyarakat Ponorogo yang telah mendarah daging sejak dahulu yang diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi penerus. Warok merupakan bagian peraga dari kesenian Reog yang tidak terpisahkan dengan peraga yang lain dalam unit kesenian Reog Ponorogo. Warok adalah seorang yang betul-betul menguasai ilmu baik lahir maupun batin.
e. Klono Sewandono

Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut. Kegagahan sang Raja di gambarkan dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan Putri (kekasihnya). Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tarinyapun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.

f. Pengrawit

Pemain music berjumlah kurang lebih 15 orang yang terdiri dari penabuh dan wirosworo (penyanyi).

4. Bambar gamelan-gamelan yang digunakan pada tari Reog :

a. Kendang

Kendang/Kempul standart (besar) terbuat dari bahan kayu utuh dan kulit sapi pilian Polos.
b. Kenong

Kenong terbuat dari besi bahan goong dng diameter kecil 1 set terdiri dari 2 buah.

c. Gong

Goong terbuat dari besi dengan ketebalan standart untuk menghasilkan suara sesuai irama reog 1 buah goong untuk bahan terbaik.

d. Terompet (serompet)

Tarompet, serompet, selompret adalah jenis alat usic tiup yang mempunyai 4-6 lubang nada dan bagian untuk meniupnya berbentuk corong. Seni usic tradisi yang menggunakan alat usic seperti ini adalah kesenian rakyat Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Papua.




e. Angklung

Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari Tanah Sunda, terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog.

f. Ketuk dan Kenong


Kenong terbuat dari besi bahan goong dng diameter kecil 1 set terdiri dari 2 buah.