BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam festival sendratari tahun
ini mengambil tema Ramayana. Kaladuk nafsu merupakan judul tari yang
dipertunjukkan oleh kontingen kabupaten Kulon Progo.
Kaladuk nafsu menceritakan
tentang ambisi Mahesosuro yang ingin mendapatkan Dewi Tara. Dia beranggapan
bahwa dirinya adalah yang paling berkuasa, merasa paling sempurna. Namun di
sisi lain Sugriwa dan Subali juga berkeinginan untuk memiliki Dewi Tara. Pada
awalnya Sugriwa dan Subali tidak kenal satu sama lain bahwa mereka adalah
saudara. Dan di antara mereka berdua terjadi peperangan. Tapi pada akhirnya
mereka sadar bahwa mereka adalah saudara. Mereka bersatu untuk melawan
Mahesosuro, akhirnya Subali perang dengan Mahesosuro di dalam Goa.
Sebelum perang Sugriwa dan
Subali mengadakan suatu perjanjian yaitu apabila darah keluar dari Goa berwarna
merah berarti Subali menang, sedangkan apabila darah yang keluar dari Goa itu
putih maka Subali kalah dan Subali harus menutup pintu Goa tersebut. Pada
kenyaatannya dari dalam Goa mengalir cairan putih yang disangka Sugriwa adalah
darah Subali dan Sugriwa menutup pintu Goa tersebut, namun ternyata yang
mengalir adalah otak dari Mahesosuro. Akhirnya Subali marah kepada Sugriwa.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami mengangkat beberapa masalah yaitu
:
1.
Bagaimana Tata
Panggung dan dekorasi pada kontingen Kulon Progo?
2.
Bagaimana garap
gerak dan iringan dari kontingen Kulon Progo?
3.
Bagaimana tata rias
dan busana dari kontingen Kulon Progo?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
tata panggung dan dekorasi dari kontingen Kulon Progo.
2.
Untuk mengetahui
garap gerak dan iringan kontingen Kulon Progo.
3.
Untuk mengetahui
tata rias dan iringan dari kontingen Kulon Progo.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Personalia
1. Penulis
Naskah :
Herida Damarwulan
2. Penata
Tari : Nurma
Saktiyas
3. Penata Iringan : Kelik Sunaya
4. Penata
rias dan busana : Kristiani Wulandari
S.Pd
5. Penari : Damar,
Ghanang, Vian, Anung, Yoga, Dwi, Widodo,
Punjung,
Dhanang, Kristiani, Juni, Ana, Erna, Dewi,
Kisti, Gattya.
-
Peran Utama Putra : Herida Damarwulan (Mahesosuro)
-
Peran Pembantu Putra : Ghanang Jati D.A (Subali)
-
Peran Pembantu Putra : Punjung Purwanto (Sugriwa)
-
Peran Pembantu Putri : Arjuni Prasetyorini (Dewi Tara)
-
Rampak Putra : Vian, Anung, Yoga, Dwi, Widodo,
Dhanang.
-
Rampak Putri : Kristiani, Ana, Erna, Dewi,
Kisti, Gattya.
B. Sipnosis
Ketika hati dikuasai oleh nafsu,
hanyalah ambisi yang mengendalikan diri..
Demikianlah
sosok Mahesosuro yang setiap langkahnya menorehkan kenistaan…
Tak
peduli jerit dan tangisan yang ada hanyalah NAFSU..
C. Tata
Panggung
Pada pementasan sendratari “
Kaladuk Nafsu” tata panggung menggunakan setting yang cukup sederhana. Namun
pada bagian belakang atau background
diberi tambahan ( aksen ) yang berupa gunungan yang berwarna ungu dan
ditengahnya terdapat kain putih. Background gunungan ini terletak di
tengah-tengan tepat berada di depan pengrawit. Hal ini dilakukan bukan hanya
sekedar menambah nilai estetis atau keindahan panggung semata, tetapi juga
untuk membuat design panggung tidak terlihat monoton serta lebih terkesan
menarik. Background gunungan ini juga berfungsi untuk menampilkan siluet salah
satu adegan dalam tarian.
Ligthing yang digunakan dalam pertunjukan
sendratari berjumlah 12 lampu par dan 8 lampu flud. Secara umum tidak ada
permainan lampu secara lebih spesifik. Permainan lampu hanya dilakukan saat
adegan memunculkan siluet atau bayangan dari balik gunungan. Lampu-lampu yang
terpasang pada tata lighting secara langsung berfungsi untuk memberikan
penerangan secara maksimal ke arah panggung baik bagi penari maupun pengrawit
selama pertunjukan berlangsung. Tata lampu yang digunakan tidak memakai filter
, artinya pada lampu tidak memakai penyaringan cahaya sehingga pancaran lampu tampak
apa adanya dan berwarna kekuningan. Selama pertunjukan berlangsung berlangsung,
setting lampu tampak monoton yaitu warna lampu hanya terdiri dari satu warna
saja.
D.
Gerak Tari
a.
Introduksi
Menggambarkan
ambisi/nafsu Mahesosuro yang dibawakan oleh penari rampak putra dan putri (on
stage).
Suasananya
tegang.
b.
Adegan I
Pertempuran
antara Sugriwa dan Subali yang sangat menengangkan yang pada akhirnya Sugriwa
dan Subali menyadari bahwa mereka berdua adalah saudara.
Suanasanya
haru.
c.
Adegan II
Ambisi
Mahesosuro yang sedang kasmaran dengan Dewi Tara, dan mempunyai nafsu yang
bergejolak untuk memiliki Dewi Tara. Dan Mahesosuro menyatakan bahwa hanya
dirinyalah yang paling berkuasa, tampan dan pemberani.
Suasananya
senang.
d.
Adegan III
Mahesosuro
menyiapkan diri beserta lembusuro dan anak buahnya untuk menyerang Sugriwa dan
Subali karena Mahesosuro mengetahui Sugriwa dan Subali juga ingin memiliki Dewi
Tara.
Suasananya
tegang.
e.
Adegan IV
Subali
berubah wujud dan kemudian menyamar sebagai Dewi Tara untuk mensiasati sang
Mahesosuro agar lebih mudah dalam mengalahkan pertempuran antara Mahesosuro
dengan Subali. Terjadilah pertempuran yang sangat hebat dan menegangkan di
dalam Goa Kiskendho. Keduanya saling beradu kekuatan. Akhirnya pertempuran
tersebut dimenangkan oleh Subali. Akan tetapi Goa itu ditutup oleh Sugriwo
dikarenakan darah yang keluar berwarna putih dan itu menyatakan bahwa Subali
kalah. Akan tetapi sebenarnya yang keluar adalah otak Mahesosuro. Dan Subali
marah karena tidak bisa keluar dari Goa.
Suasananya
sedih.
E.
Pola Lantai
Dalam pola lantai garapan ini menggunakan pola lantai
yang bervariasi berbentuk horizontal, vertikal, lingkaran, V, belah ketupat dan
masih banyak lagi. Sehingga lebih menarik dan mudah dimengerti jalan ceritanya.
F.
Garap Iringan
Dalam garapan ini menggunakan gamelan komplit Slendro dan
Pelog ditambah perkusi (rebana, klinting, suling, sempritan bambu, otok-otok,
bas drum, cymbal, klotokan manuk sebagai penambah suasana). Dalam menggarap
iringan penata musik tidak lepas dari iringan klasik, yaitu lancaran, ladrang,
playon dan ketawang serta tlutur. Dalam karya ini tidak lepas dari patet seperti
wayang ada menyuro, nyongo, ayak-ayak dan sebagainya. Unsur-unsur ini masih
menggunakan unsur kerakyatan yang kuat antara kerakyatan angguk yang ada di
Kulonprogo. Sehinnga tercipta suana yang kuat dalam kerakyatan. Ilustrasipun
tak lepas dalam garapan ini untuk memperkuat emosi penari dan menambah suasana
yang harmonis.
G.
Tata Rias dan
Busana
Dalam garapan ini sang penata
rias dan busana memadukan warna janda yang bernuansa ungu. Dalam rias rampak
putri menggunakan rias cantik sdan Dewi Tara menggunakan karakter luruh. Tokoh
Mahesosuro dan Lembusuro menggunakan rias karakter yang berbentuk sapi dan
kerbau. Sehingga wajah tersebut benar-benar berbentuk sapi dan kerbau.
Tata busana tokoh:
1.
Dewi Tara
a.
Rambut Oren
b.
Bledegan
c.
Sumping
d.
Subang
e.
Klat bahu
f.
Gelang tangan
g.
Mekak
h.
Slempe
i.
Kain
j.
Celana ungu
k.
Sanggul modern
l.
Make up cantik
2.
Rampak Putri
a.
Bledegan
b.
Sumping
c.
Subang
d.
Klat bahu
e.
Gelang tangan
f.
Mekak
g.
Slempe
h.
Kain
i.
Celana ungu
j.
Sanggul modern
k.
Make up cantik
l.
Kebayak Putih
m.
Stagen
3.
Lembu Sura
a.
Irah-irahan Lembu
b.
Kace
c.
Sumping
d.
Klat bahu
e.
Deker tangan
f.
Stagen
g.
Kamus
h.
Kain rampek
i.
Sampur
j.
Celana ungu
4.
Rampak Putra
a.
Irah-irahan Lembu
b.
Kace
c.
Sumping
d.
Klat bahu
e.
Deker tangan
f.
Stagen
g.
Kamus
h.
Kain rampek
i.
Sampur
j.
Celana ungu
5.
Subali dan Sugriwa
a.
Jamang
b.
Sumpung
c.
Kace
d.
Klat bahu
e.
Deker
f.
Stagen
g.
Kamus
h.
Celana di atas
lutut
i.
Rampek
j.
Ekor
k.
Sampur
l.
Kain tile
H.
Garap Properti
Properti yang digunakan dalam garapan ini menggunakan:
a.
Kayon
b.
Kain merah
c.
Kain putih
d.
Topeng
e.
Gunungan kecil
BAB III
KESIMPULAN
Kontingen kabupaten Kulonprogo
mengalami kemajuan dari tahun lalu dalam hal busana, koreografi, iringan dan
power penari yang kuat, sehingga mendapat juara 3 penata kostum terbaik dan
pembinaan tari terbaik.