Materi
pertunjukan seperti seni tari, seni musik, seni drama, seni film merupakan proyeksi dari hidup dan kehidupan
manusia, tidak lepas pula dari masalah pencahayaan. Sejak zaman primitif
kehidupan di dunia membutuhkan
pencahayaan terutama matahari di siang hari, dan api di malam hari.
Orang hidup memiliki sikap budaya yang selalu
berkembang, kebutuhan terhadap pencahayaanpun berkembang tidak hanya sekedar
untuk kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari saja, melainkan berkembang
sebagai alat penerangan dalam melaksanakan upacara ritual dan akhirnya
digunakan sebagai sumber penerangan dalam pertunjukan.
Pencahayaan seni pertunjukan berasal dari dua
sumber yang berbeda yaitu, berasal dari
Tuhan atau alam dan berasal dari buatan manusia. Pencahayaan yang berasal dari
alam andalah sinar matahari, bulan, dan
bintang. Pencahayaan buatan manusia misalnya api unggun, obor, lilin, petromaks,
dan listrik. Namun tidak seluruhnya
dapat diproyeksikan dalam pentas/pertunjukan.
A. Pengertian Tata lampu
Tata
lampu adalah segala perlengkapan perlampuan baik tradisional maupun modern yang digunakan untuk keperluan penerangan dan
penyinaran dalam seni pertunjukan.
B. Tujuan dan Fungsi Tata lampu
1. Menerangi
Lampu
digunakan sekedar untuk memberi terang, melenyapkan gelap. Penerangan ini
bersifat penerangan umum yang dapat menerangi seluruh bagian pentas dengan rata
(General Illumination/General Light). Seluruh pentas atau property
yang ada di pentas diterangi secara merata dengan lampu berwarna putih, merah,
biru, hijau, kuning, atau violet. Misalnya: untuk adegan di hutan digunakan
penerangan berwarna hijau dan untuk adegan di medan perang digunakan lampu berwarna merah.
1.
Menyinari
Tata
lampu bertujuan untuk menyinari daerah permainan atau suatu objek tertentu
sehingga dapat menimbulkan efek dramatik. Penyinaran ini merupakan jenis
penerangan yang bersifat khusus (Specicific Illumination/ Spot Light).
Dengan penerangan ini suatu daerah atau objek tertentu akan nampak lebih
dominan sehingga situasi dramatis akan lebih kuat.
Misalnya: untuk adegan dua
pemain di tengah hutan, maka lampu yang berfungsi menyinari difokuskan pada
panggung yang ditempati dua pemain, sedangkan bagian panggung yang lain secara
merata diterangi oleh general light berwarna hijau.
C. Perlengkapan Tata lampu
Teater
yang bermateri pokok manusia, pada mulanya sangat erat kaitannya dengan sifat
religius. Tidaklah mengherankan apabila pada mulanya teater lebih banyak
dipentaskan pada siang hari. Namun pekembangan situasi membawa manusia ke arah yang lebih dinamis dan
kreatif. Dinamika dan kreatifitas manusia menimbulkan penemuan baru, dan makin
lama makin berkembang sehingga makin sempurna.
Dari perapian meningkat pada
penggunaan lampu minyak sampai akhirnya memanfaatkan tenaga elektronik,
kesemuanya itu juga merupakan perkembangan tata lampu dalam teater.
Konstruksi
teater tradisional yang bersifat spesifik (Pendopo, Bale, Banjar, Rumah Gadang)
ternyata masih besar pengaruhnya terhadap nilai ritual dan keagungan teater tradisional.
Demikian pula sebenarnya bila
kita resapi dalam tata lampu untuk teater tradisional. Lidah api yang
bergerak-gerak terkena hembusan angin (Blencong) ternyata mampu memberi
nafas kehidupan kepad benda (wayang kulit). Ilusi kita ternyata terhanyut
mengikuti gerak semu benda tersebut yang diakibatkan oleh gerakan lidah api.
Tata lampu Pendopo ternyata
membawa keagungan tersendiri yang bersifat karakteristik dan dapat memberikan efek
spiritual magis. Oleh karena itulah maka tidak semua bentuk teater dapat
menerapkan teknik lighting modern.
D.
Macam-macam Lampu
1.
Lampu tradisional
Lampu
tradisional adalah semua lampu yang memiliki sumber cahaya yang dapat digunakan
dan dimanfaatkan untuk kepentingan pertunjukan atau pergelaran seni. Lampu ini
memiliki bentuk yang sederhana dan dibuat secara turun temurun dan merupakan
warisan budaya nenek moyang kita. Sebagai contoh bentuk lampu yang dapat
digunakan mulai dari api unggun, blencong, obor dari bambu, oncor dari kaleng
bekas, dari botol-botol bekas, lampu teplok, lampu gantung, sampai dengan
petromaks.
Lampu tradisional memiliki kelebihan dan
kekurangan apabila dipergunakan dalam pertunjukan. Kelebihan dalam lampu
tradisional, barang atau bahan mudah ditemukan/diperoleh, harga murah, bentuk
sederhana, tidak memerlukan belajar di sekolah, serta memiliki nilai artistik yang tinggi dan
membantu suasana pertunjukan. Kekurangannya antara lain, apabila bahan bakar
habis segera diganti atau ditambah, membuat polusi udara, asap maupun langes
membuat wajah menjadi kotor/hitam, warna cahaya satu warna dan tidak berubah,
intensitas cahaya kecil, sinar menyorot ke pemain hanya satu arah.
Contoh instrumen lampu tradisional:
|
|
2. Lampu Non Tradisional (Modern)
Lampu non tradisional
atau modern adalah lampu yang dihasilkan oleh manusia melalui pengembangan
IPTEKS dengan menggunakan listrik sebagai bahan dasar utamanya. Dengan kemajuan IPTEKS dan berkembangnya seni pertunjukan,
maka kedua belah pihak saling membutuhkan, sehingga instrumen lighting
di zaman sekarang ini telah canggih dan siap mendukung segala macam kebututuhan
pertunjukan.
A.. Strip
Light
1 Open System
Deretan lampu yang berada dalam kotak
panjang tanpa sekat, jenis ini dipasang pada Apron, untuk
lampu kaki (Foot Light)). Di samping berfungsi sebagai penerangan umum
juga dapat untuk menetralkan sinar dari atas.
2 Compartment System
Deretan lampu dalam kotak panjang yang
bersekat. Di dalam kesatuannya, deret lampu ini dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok warna. Lampu ini dipasang di daerah Border sebagai Border
Light.
B. Spot Light
Sumber sinar berkekuatan besar, sinar yang dipantulkan
oleh reflector dibiaskan oleh lensa dan biasannya sesuai dengan jenis lensanya.
Ada berbagai
macam lampu khusus atau Spot Light
1.
Fresnell Spot
light
Fresnell adalah lampu spot yang menggunakan reflector spherical dan
lensa patent fresnell yang memiliki cahaya menyatu tidak tajam (lembut).
2 Plano
Convex Spot Light
Lampu spot ini menggunakan reflector
ellipsoidal dan lensa plano-konvex yang memiliki cahaya menyatu
tajam. Lampu lensa dengan berbagai ukuran 5-8
dengan kekuatan antara 250 watt sampai 3000 watt.
3 Ellipsoidal Spot Light
Lampu lensa berukuran 3- 12
dengan kekuatan antara 250 watt sampai 3000 watt.
4.Follow spot light
Follow spot adalah lampu yang memiliki intensitas atau berkekuatan besar dan
voltase/tegangan tinggi. Sinar dapat dipergunakan untuk mengikuti pemain
berpindah atau bergerak untuk berganti posisi. Intensitas lampu follow minimal
1000 watt dan maximal 2500 watt.
5 Flood Light
Flood light adalah lampu yang mempunyai kekuatan yang besar tanpa lensa. Apa yang
ditaruh di bawah dipancangkan pada suatu standar untuk menerangi jalan-jalan
keluar masuk, drop, cyclorama, dan sebagainya. Ada yang digantungkan untuk menerangi daerah
permainan, sebuah backdrop, sebuah cyclorama.
Contoh instrumen lampu
modern:
|
|
|
|
E. Pengaturan Lampu
Di dalam Stage
Lighting terdapat dua permasalahan
(1) masalah fisikal yaitu lighting
unit yang dipergunakan serta penempatannya. (2) masalah mekanikal yaitu
proses kerja lighting.
Menata
sinar tidak jauh bedanya dengan melukis di atas kanvas. Pengetahuan tentang
sifat warna dapat membantu konsep lighting. Dengan penempatan lampu
secara cermat, maka pelukisan situasi dramatis lewat warna dapat lebih mantap
sehingga komunikasi akan lebih lancar.
Hal-hal yang perlu
mendapatkan perhatian adalah:
1) Tujuan lighting harus tercapai sesuai
dengan rencananya dalam menyinari pentas
dan aktor sehingga hidup.
2) Pelukisan situasi secara logis.
3) Keseimbangan tata warna di dalam lukisan
sinar.
4)
Perubahan kombinasi warna yang tepat dan
cermat.
5)
Oleh karena itu tata lampu bukan hanya sekedar
menerangi, maka harus pula disesuaikan dengan situasi dan kondisi pentas
beserta perlengkapannya.
F. Alat Pengaturan Penyinaran:
1. Master Switch :
sumber pengendali utama terhadap keselamatan
kerja lighting.
2. Switch : tombol penyambung dan pemutus aliran.
3. Switch Board : papan untuk menempatkan tombol-tombol.
4. Dimmer : pengatur redup terangnya sinar.
Denah alir lampu pertunjukan
LOW
VOLTAGE
|
|||||
G. Bentuk
Penyinaran
1)
Penyinaran primer, merupakan
penyinaran yang langsung menuju pada satu daerah atau objek. Penyinaran ini
akan menimbulkan bayangan.
2)
Penyinaran sekunder, merupakan
penyinaran untuk menetralisir bayangan. Perpaduan antara penyinaran primer
dengan penyinaran sekunder akan dapat menghasilkan efek tiga dimensi dalam tata
lampu. Maka lampu sekunder ditaruh berlawanan dengan lampu primer untuk menciptakan
efek sinar yang tidak dimensional, caranya menggabungkan lampu primer dan lampu
sekunder sehingga masing-masing sinar saling bersilangan.
3)
Penyinaran latar belakang,
khusus untuk menerangi Cyclorama.
4)
Penghidup dekor, untuk
membuat serta menghidupkan dekorasi. Dengan menggunakan spot kita dapat
membuat dekorasi kebakaran, kilat, gelombang laut. Suasana pagi, siang, malam,
dapat pula kita hadirkan dengan lighting.
5)
Penghidup permainan, merupakan
penyinaran yang langsung diarahkan pada aktor (dengan Follow Spot). Pada
saat penyinaran di sekitar objeknya dibuat redup atau agak gelap.
6)
Variasi penyinaran, dihasilkan
dengan menggunakan alat pembentuk sinar yang disebut Shooter dan Gelatin.
Gelatin dan Shooter ini dipasang di depan lensa.
7)
Sistem dua penyinaran (Two
Way System) merupakan Non Proscenium Lighting.
8)
Sistem tiga penyinaran (Three
Way System) juga merupakan bentuk penyinaran Non Proscenium Lighting.
9) Lighting Plot merupakan konsep pengaturan perlampuan
yang dijadikan pedoman dalam menempatkan lampu-lampu pentas. Hal ini diperlukan
agar lebih mudah dalam penanganan atau pengoperasionalan alat tersebut.
Koreografer atau sutradara akan lebih cepat membuat formasi atau komposisi bagi
para pemain untuk menyesuaikan tempat atau daerah yang tepat ada cahaya atau
sinar lighting. Di samping lighting plot masih ada lagi yaitu scriptlighting
atau catatan lampu yang harus dibuat oleh koreografer atau lighting
designer.
H. Proses Penyinaran
1) .Pembagian 6 daerah
permaian
Suatu adegan yang dititikberatkan pada daerah
permainan tertentu perlu disoroti dengan Baby Spot yang khusus untuk
daerah tersebut. Daerah khusus ini dapat diperluas menjadi satu ruangan pentas
penuh. Agar supaya seluruh pentas tersebut dapat memberi kesan bahwa sebenarnya
adalah daerah khusus yang diperluas, maka penyinaran Baby Spot tadi
secara lembut diganti menjadi penyinaran warna yang sama dengan menggunakan
kombinasi Border Light dan Foot Light.
Pada
sustu saat sutradara menghendaki penonjolan pada tokoh atau bagian dari adegan
tertentu atas dasar interpretasinya terhadap nafas lakon. Untuk keperluan ini
maka penyinaran Border dan Foot diredupkan, kemudian tokoh atau
daerah tertentu tersebut disoroti dengan Spot light. Apabila penonjolan
tadi lebih dititikberatkan pada tokoh, baik dalam keadaandiam maupun bergerak,
maka tokoh tersebut kita ikuti dengan sorotan Follow Spot.
2). Pembagian
sembilan (9) daerah permainan
Proses
penyinaran bagi pentas dibagi menjadi 9 daerah permaian pada pentas dengan
6 ruangan. Untuk membentuk pentas ini mengadi 9 daerah permainan, maka
penyinaran daerah khusus tidak menggunakan kombinasi Baby Spot,
melainkan menggunakan sekelompok lampu jenis lampu PAR yang memiliki reflektor
dan warna sama.
I.
Sifat Daerah Permainan
1) Pentas 6 daerah permaian :
Up Right (UR ) : tegang, kejam, warna merah
Up Cetre (UC) : agung, wibawa, warna biru
Up Left (UL) : sedih, hening, warna kuning
Down Right (DR) :
romantis, warna merah muda
Down Centre(DC) : sejuk, tenang,
warna biru muda
Down Left (DL) : ceris, gairah, warna hijau muda
2) Pentas 9 daerah permainan
Up Right (UR ) :
tegang, kejam, warna merah
Up Centre (UC) : agung, wibawa, warna biru
Up Left (UL) :
sedih, hening, warna kuning
Midle Right (MR) : kosong, lemah, warna ungu
Midle Centre (MC): netral, warna kuning muda
Midle Left (ML) : kosong, lemah, warna ungu
Down Right (DR) : romantis, warna merah muda
Down Centre (DC): sejuk, tenang, warna biru
muda
Down Left (DL) : ceria, gairah, warna hijau muda
Berdasarkan
proses penyinaran dengan tembakan warna tertentu yang dikaitkan dengan sifat
dan kesan masing-masing daerah permaianan menurut pembagian yang ada, maka
dapatlah ditarik kesimpulan bahwa:
a.
Setiap bagian dari pentas dapat
diperbesar menjadisatu ruangan penuh
b.
Di sembarang daerah
permaianan dapat ditampilkan pengungkapan karakter dan emosi.
|
|
Tabel Scrpitlighting
NO
|
ADEGAN
|
SUASANA
|
POLA. LANTAI
|
LAMPU
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|